Friday, May 20, 2011

Penelitian: Bahagia Berlebih Perpendek Umur


Penelitian: Bahagia Berlebih Perpendek Umur-Tertawa adalah cara ampuh untuk melawan stres. Bahkan ada terapi tertawa untuk meningkatkan sejumlah antibodi. Seiring manfaatnya mengatasi penyakit yang berhubungan dengan stres, seperti tekanan darah tinggi dan jantung, tertawa berperan meningkatkan harapan hidup.

Namun, sebuah penelitian justru mengklaim bahwa mereka yang terlalu bahagia memiliki harapan hidup lebih rendah daripada mereka yang lebih pendiam.

Seperti dilansir dari Daily Mail, penelitian yang dilakukan dengan menganalisis catatan kesehatan anak di tahun 1920-an. Data yang ada menunjukkan, mereka yang teridentifikasi sebagai anak yang ceria oleh gurunya meninggal lebih cepat dibanding teman sekelasnya.



Menurut para peneliti, orang yang terlalu bahagia dapat menderita gangguan mental bipolar. Gangguan mental bipolar adalah penyakit mental kronis yang berhubungan dengan perubahan suasana hati, energi, dan perilaku lain yang tidak normal. Gangguan bipolar akan berakibat buruk pada prestasi akademik maupun kerja, serta proses sosialisasi yang dapat menimbulkan keinginan bunuh diri.

Gangguan bipolar pada orang yang bahagia berlebihan membuat mereka tidak merasa takut dan lebih mudah mengambil risiko yang meningkatkan kemungkinan mengalami sebuah kecelakaan fatal. Terlalu bahagia, terutama di saat yang tidak tepat, juga dapat membangkitkan kemarahan orang lain.

Para peneliti dari berbagai macam universitas di dunia juga menemukan bahwa mencoba untuk bahagia kerap kali berakhir dengan perasaan tertekan. Sebab, terlalu berusaha memperbaiki mood sehingga mereka merasa tertipu.

Bahkan, sejumlah artikel mengenai tips merasa bahagia justru dapat memperburuk rasa depresi. Ini terlihat dalam salah satu penelitian memperlihatkan bagaimana reaksi partisipan dalam mengikuti cara-cara menjadi bhagia yang ada di majalah.

Peserta menjalankan semua cara yang ditawarkan seperti menonton film komedi. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Mereka berusaha terlalu keras untuk memperbaiki mood mereka dibandingkan membiarkan mood mereka membaik secara alami. Di akhir film, mereka merasa marah dan tertipu oleh saran yang diberikan. Hal tersebut justru memperburuk mood mereka.

Namun, penelitian yang diterbitkan pada the journal Perspectives on Psychological Science mengungkapkan bahwa kunci bahagia yang sebenarnya adalah sederhana, yaitu dengan memiliki hubungan yang baik dengan teman dan keluarga.

Penulis penelitian Professor June Gruber dari Departemen Psikologi di Universitas Yale, Amerika Serikat, mengatakan bahwa ketika memaksakan sebuah kebahagiaan dengan motivasi dan pengharapan yang berlebih akan membawa orang pada sebuah kekecewaan dan justru mengurangi kebahagiaan.

"Kunci utama untuk bahagai bukanlah uang, ataupun pengakuan kesuksesan dan menjadi terkenal, tetapi memiliki hubungan sosial yang bermakna," ucapnya.

Karenanya, berusaha menjadi orang yang selalu bahagia bukanlah sesuatu yang benar. "Berhentilah fokus hanya pada satu titik. Alihkan energi Anda untuk memelihara ikatan sosial yang Anda miliki dengan orang lain," ujarnya.


Sumber: vivanews.com

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...